Ada-ada saja slogan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang menyerukan kepada masyarakat untuk tidak menikah pada usia muda. Alasannya adalah karena orang yang umurnya masih muda dianggap belum cukup mapan dan serius untuk hidup berumah tangga, organ reproduksi perempuan belum optimal, memiliki resiko kematian yang besar saat melahirkan, serta belum mampu menghadapi berbagai permasalahan dan konflik yang terjadi keluarganya sehingga dapat memicu perceraian. Sebenarnya ini adalah salah pemerintah, namun kenapa malah menyalahkan yang lain?
Jika selalu berpikir pesimis tidak hanya yang muda saja yang rentan bermasalah karena orang dewasa pun juga bisa terkena berbagai masalah yang tidak kalah peliknya. Kalau tidak percaya, mari kita lihat dampak buruk apa saja yang dapat terjadi jika menikah ditunda-tunda :
- Tidak bisa melampiaskan nafsu sehingga bisa tergelincir pada perzinahan atau bahkan pelacuran
- Laki-laki yang memiliki nafsu tinggi yang tidak terkontrol bisa merusak gadis-gadis remaja, abg dan bahkan anak-anak
- Hamil di usia lebih dari 30 tahun sangat rentan terhadap berbagai gangguan kehamilan
- Perempuan yang berusia lebih dari 30 tahun akan sulit mencari suami yang usianya tidak jauh karena laki-laki yang sepantaran akan lebih memilih yang masih muda
- Sangat sulit melihat cicit dengan mata kepala sendiri karena pada saat kita pensiun mungkin anak kita belum ada yang menikah
- Tidak cocok dengan pasangan karena menikah akibat malu selalu ditanya orang kapan kawin dan sudah punya anak berapa
Umur seseorang bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan acuan untuk menghakimi seseorang akan kemampuannya. Seperti mengatakan bahwa anak-anak tidak mampu kuliah atau bekerja, padahal pada kenyataannya banyak orang di dunia yang menjadi sarjana sebelum memiliki ktp maupun yang sudah bisa mencari uang sendiri dalam jumlah besar. Mengatakan bahwa setiap remaja yang telah puber belum mampu menikah dan hidup berumah tangga adalah sesuatu yang tidak adil. Jika memang seseorang yang masih muda mampu menikah dan siap menghadapi segala konsekuensinya mengapa tidak boleh?
Masalah seharusnya dicarikan solusi atau jalan keluarnya, bukan malah menyalahkan yang lainnya. Kira-kira bagaimana cara mengatasi berbagai masalah/problema bagi orang-orang muda yang ingin menikah :
1. Usia Muda Belum Mapan dan Belum Serius
Siapa bilang anak muda belum bisa memiliki kesetiaan dan keseriusan? Banyak remaja yang mampu setia dengan mampu mempertahankan hubungan cintanya dalam waktu lama dan menikah pada akhirnya. Banyak dari mereka yang ingin segera menikah karena takut terjerumus dalam zina namun sulit, karena budaya masyarakat umum yang mengharuskan si calon laki-laki mapan dan berusia cukup dewasa saat melamar perempuan dambaan hatinya.
Ketidakmapanan dan ketidakdewasaan adalah produk gagal dari sistem pendidikan di negara kita. Remaja yang sudah puber di bawah usia 20 tahun biasanya kita temukan dalam kondisi yang masih berjiwa kanak-kanak, stress dengan beban pelajaran sekolah yang berat, tidak siap bekerja walaupun sudah memasuki usia produktif bekerja, tidak memahami dan mampu menyelesaikan masalah yang kompleks karena tidak diajarkan di sekolah, tidak punya peluang hidup mapan karena tidak punya kesempatan berwirausaha dan berkarir, jauh dari masa depan karena sulit untuk mencapainya akibat harus mengikuti tahapan pendidikan yang bertele-tele (bagi yang cerdas), dan lain sebagainya.
2. Umur Muda Belum Memiliki Sistem Reproduksi yang Sempurna
Setiap gadis yang menikah muda di bawah usia 20 tahun seharusnya diberikan pemeriksaan organ reproduksi atau peranakan untuk mengetahui apakah sudah matang atau belum. Bagi yang belum matang, maka pemerintah berkewajiban membantu untuk membuatnya menjadi matang sehingga tidak memiliki resiko jika melahirkan anak bayi nantinya. Nyatanya banyak gadis-gadis remaja yang bisa hamil di luar nikah dengan baik, dengan sebagian berhasil melahirkan dengan baik dan sebagaian merusak sistem reproduksinya sendiri karena perbuatan aborsi yang terkutuk. Jika memang tidak bisa, maka pemerintah berkewajiban untuk memberikan alat kontrasepsi yang terbaik untuk sementara waktu hingga sistem reproduksinya matang sempurna. Hindari memperkenalkan dan mengajarkan seks bebas pranikah yang aman, karena dapat membuat generasi muda kita maupun generasi lainnya untuk mencobanya dan akhirnya terkena berbagai dampak negatif atau efek dari coba-cobanya tersebut.
3. Usia Muda Tidak Mampu Hidup Dengan Kompleksitas Masalah Hidup
Jika penyelesaian masalah kehidupan yang sebenarnya banyak diajarkan di sekolah dengan didukung praktek-praktek yang baik dan benar, maka anak-anak muda kita bisa memahami kehidupan yang sebenarnya. Saat ini siswa siswi pelajar kita terlalu banyak dipusingkan dengan menghapal teori pelajaran dan mengejar nilai ujian yang tidak banyak berguna saat dewasa kelak. Jadi wajar apabila pemuda-pemudi kita wawasannya sempit dengan hidup berumah tangga, hidup bermasyarakat, hukum, kesehatan, kewirausahaan, politik, dan lain-lain. Mereka pun sangat kurang mampu dalam hal beradaptasi dengan lingkungan nyata yang berasal dari beragam budaya, agama, usia, sifat, ideologi, dan lain-lain karena terlalu nyaman hidup di lingkungan sekolah yang nyaman. Perlu banyak praktek sebagai pendukung teori pelajaran di sekolah agar para remaja bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungan dunia nyata yang kejam (bagi yang tidak siap).
Sekian dari saya, apabila ada kekurangan atau kesalahan mohon maaf, terima kasih.
Jika selalu berpikir pesimis tidak hanya yang muda saja yang rentan bermasalah karena orang dewasa pun juga bisa terkena berbagai masalah yang tidak kalah peliknya. Kalau tidak percaya, mari kita lihat dampak buruk apa saja yang dapat terjadi jika menikah ditunda-tunda :
- Tidak bisa melampiaskan nafsu sehingga bisa tergelincir pada perzinahan atau bahkan pelacuran
- Laki-laki yang memiliki nafsu tinggi yang tidak terkontrol bisa merusak gadis-gadis remaja, abg dan bahkan anak-anak
- Hamil di usia lebih dari 30 tahun sangat rentan terhadap berbagai gangguan kehamilan
- Perempuan yang berusia lebih dari 30 tahun akan sulit mencari suami yang usianya tidak jauh karena laki-laki yang sepantaran akan lebih memilih yang masih muda
- Sangat sulit melihat cicit dengan mata kepala sendiri karena pada saat kita pensiun mungkin anak kita belum ada yang menikah
- Tidak cocok dengan pasangan karena menikah akibat malu selalu ditanya orang kapan kawin dan sudah punya anak berapa
Umur seseorang bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan acuan untuk menghakimi seseorang akan kemampuannya. Seperti mengatakan bahwa anak-anak tidak mampu kuliah atau bekerja, padahal pada kenyataannya banyak orang di dunia yang menjadi sarjana sebelum memiliki ktp maupun yang sudah bisa mencari uang sendiri dalam jumlah besar. Mengatakan bahwa setiap remaja yang telah puber belum mampu menikah dan hidup berumah tangga adalah sesuatu yang tidak adil. Jika memang seseorang yang masih muda mampu menikah dan siap menghadapi segala konsekuensinya mengapa tidak boleh?
Masalah seharusnya dicarikan solusi atau jalan keluarnya, bukan malah menyalahkan yang lainnya. Kira-kira bagaimana cara mengatasi berbagai masalah/problema bagi orang-orang muda yang ingin menikah :
1. Usia Muda Belum Mapan dan Belum Serius
Siapa bilang anak muda belum bisa memiliki kesetiaan dan keseriusan? Banyak remaja yang mampu setia dengan mampu mempertahankan hubungan cintanya dalam waktu lama dan menikah pada akhirnya. Banyak dari mereka yang ingin segera menikah karena takut terjerumus dalam zina namun sulit, karena budaya masyarakat umum yang mengharuskan si calon laki-laki mapan dan berusia cukup dewasa saat melamar perempuan dambaan hatinya.
Ketidakmapanan dan ketidakdewasaan adalah produk gagal dari sistem pendidikan di negara kita. Remaja yang sudah puber di bawah usia 20 tahun biasanya kita temukan dalam kondisi yang masih berjiwa kanak-kanak, stress dengan beban pelajaran sekolah yang berat, tidak siap bekerja walaupun sudah memasuki usia produktif bekerja, tidak memahami dan mampu menyelesaikan masalah yang kompleks karena tidak diajarkan di sekolah, tidak punya peluang hidup mapan karena tidak punya kesempatan berwirausaha dan berkarir, jauh dari masa depan karena sulit untuk mencapainya akibat harus mengikuti tahapan pendidikan yang bertele-tele (bagi yang cerdas), dan lain sebagainya.
2. Umur Muda Belum Memiliki Sistem Reproduksi yang Sempurna
Setiap gadis yang menikah muda di bawah usia 20 tahun seharusnya diberikan pemeriksaan organ reproduksi atau peranakan untuk mengetahui apakah sudah matang atau belum. Bagi yang belum matang, maka pemerintah berkewajiban membantu untuk membuatnya menjadi matang sehingga tidak memiliki resiko jika melahirkan anak bayi nantinya. Nyatanya banyak gadis-gadis remaja yang bisa hamil di luar nikah dengan baik, dengan sebagian berhasil melahirkan dengan baik dan sebagaian merusak sistem reproduksinya sendiri karena perbuatan aborsi yang terkutuk. Jika memang tidak bisa, maka pemerintah berkewajiban untuk memberikan alat kontrasepsi yang terbaik untuk sementara waktu hingga sistem reproduksinya matang sempurna. Hindari memperkenalkan dan mengajarkan seks bebas pranikah yang aman, karena dapat membuat generasi muda kita maupun generasi lainnya untuk mencobanya dan akhirnya terkena berbagai dampak negatif atau efek dari coba-cobanya tersebut.
3. Usia Muda Tidak Mampu Hidup Dengan Kompleksitas Masalah Hidup
Jika penyelesaian masalah kehidupan yang sebenarnya banyak diajarkan di sekolah dengan didukung praktek-praktek yang baik dan benar, maka anak-anak muda kita bisa memahami kehidupan yang sebenarnya. Saat ini siswa siswi pelajar kita terlalu banyak dipusingkan dengan menghapal teori pelajaran dan mengejar nilai ujian yang tidak banyak berguna saat dewasa kelak. Jadi wajar apabila pemuda-pemudi kita wawasannya sempit dengan hidup berumah tangga, hidup bermasyarakat, hukum, kesehatan, kewirausahaan, politik, dan lain-lain. Mereka pun sangat kurang mampu dalam hal beradaptasi dengan lingkungan nyata yang berasal dari beragam budaya, agama, usia, sifat, ideologi, dan lain-lain karena terlalu nyaman hidup di lingkungan sekolah yang nyaman. Perlu banyak praktek sebagai pendukung teori pelajaran di sekolah agar para remaja bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungan dunia nyata yang kejam (bagi yang tidak siap).
Sekian dari saya, apabila ada kekurangan atau kesalahan mohon maaf, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar